PRINSIP – PRINSIP DAN PENDEKATAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Oleh : siti umroh
Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang mana didalamnya
mencakup beberapa hal diantaranya adalah: perencanaan, penerapan dan evaluasi.
Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja
kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan
perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan
Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer
perencanaan kurikulum kedalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum
merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa
besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah
direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan
kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia
pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus,
pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang
merasa berkepentingan dengan pendidikan.
A. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
Setiap pengembangan
kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah landasan, juga harus menerapkan
atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut,
setiap pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam
pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah
disepakati.
Prinsip – prinsip yang biasa
digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Menurut Sudirman S. antara lain:
1. Prinsip
Berorientasi pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan Pendidikan
Nasional. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai; yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta
didik yang mencakup ketiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang
terkandung dalam tujuan Pendidikan Nasional.
2. Prinsip
Relevansi
Pengembangan kurikulum yang meliputi
tujuan, isi, dan system penyampaiannya harus sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Prinsip Efektivitas
Dalam sajian bidang pendidikan
prinsip efektifitas ini dikaitkan dengan efektifitas guru mengajar dan
efektifitas para murid belajar. Implikasi prinsip ini dalam pengembangan
kurikulum ialah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler membuahkan hasil
tanpa ada kegiatan yang mubazir dan terbuang percuma.
4. Prinsip
Efisiensi
Implikasi prinsip ini mengusahakan
agar kegiatan kurikuler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya, dan sumber –
sumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu
mewadahi dan memenuhi harapan
5. Prinsip
Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulum yang luwes mudah
disesuaikan, diubah, dilengkapi, atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan
ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. maka yang
dilaksanakan adalah program pendidikan keterampilan industri.
6. Prinsip
Integritas
Implikasi prinsip ini mengusahakan
agar pendidikan dalam suatu kurikulum menghasilkan manusia seutunya walaupn
kegiatan kurikulernya terjabar dalam komponen kurikulum.
7. Prinsip
sinkronisasi
Implikasi prinsip ini mengusahakan
agar seluruh kegiatan kurikuler seirama, searah dan satu tujuan. Jangan sampai
terjadi suatu kegiatan kurikuler menghambat, berlawanan atau mematian kegiatan
– kegiatan lainnya.
8. Prinsip
berkesinambungan
Kurikulum disusun secara
berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek - aspek, materi, dan bahan
kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain
memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan,
struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan siswa sehingga
mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
9. Prinsip
Objetifitas
Implikasi prinsip ini mengusahakan
agar semua kegiatan kurikuler dilakukan dengan kegiatan catatan kebenaran
ilmiah dengan menyampaikan pengaruh – pengaruh emosional dan irasional.
10. Prinsip
Demokrasi
Implikasi prinsip ini ialah
mengusahakan agar dalam penyelenggaraan pendidikan dikelola dan dilaksanakan secara
demokrasi.
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip keterpaduan yang bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi
antara unsur-unsurnya yang pelaksanaannya melibatkan semua pihak, baik
dilingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral.
Nana Syaodih Sukmadinata
(1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke
dalam dua kelompok [2]:
a. prinsip - prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis,
dan efektivitas;
b. prinsip-prinsip khusus :
prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan
isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar,
prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip
berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Asep Herry Hernawan dkk
(2002) dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam mengembangkan sebuah kurikulum
harus menganut lima prinsip yaitu:
a. Prinsip relevansi
b. Prinsip fleksibilitas
c. Prinsip kontinuitas
d. Prinsip efisiensi
e. Prinsip efektifitas
Untuk Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajar Pendidikan, ada
beberapa prinsip tambahan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki
posisi sentral 1 berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan Terpadu.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan
agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan
gender.Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
lokal,dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
3. Tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan
isikurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara
tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan
kehidupan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan
berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan
informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).[3]
B.
Pendekatan
pengembangan kurikulum
1. Pendekatan
bidang studi (pendekatan subjek atau disiplin ilmu)
Pendekatan ini menggunakan bidang
studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum misalnya
matematika, sains, sejarah IPS, IPA, dan sebagainya Seperti yang lazim kita
dapati dalam sistim pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan universitas.
Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan
bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu. Tipe organisasi ini sesuai
dengan falsafah realisme. Pendekatan ini paling mudah dibandingkan dengan
pendekatan lainnya oleh sebab disiplin ilmu telah jelas Batasannya dan karena
itu lebih mudah mempertanggung jawabkan apa yang diajarkan.
2. Pendekatan
Interdisipliner
Dibawah ini akan kita bicarakan
beberapa pendekatan interdisipliner dalam pengembangan kurikulum.
a.
Pendekatan
Broad-field
Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa
disiplin atau mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu
pengetahuan tidak berada dalam vakum atau kehampaan akan tetapi merupakan
bagian integral dari kehidupan manusia. Pendekatan broad-field ini juga dapat
digunakan agar siswa memahami hubungan yang kompleks antara kejadian-kejadian
di dunia, misalnya antara perang vietnam dan korea dengan kebangkitan ekonomi
jepang dan lain-lain.
b. Pendekatan
Kurikulum Inti(core curriculum)
Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad-field,
karena juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu. kurikulum diberikan
berdasarkan suatu masalah sosial atau personal. Untuk memecahkan masalah itu
digunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah itu.
c.
Pendekatan
Kurikulum Inti di Perguruan Tinggi
Istilah inti (core) juga digunakan dalam kurikulum
Perguruan Tinggi. Dengan “core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok yang
diambil dari semua disiplin ilmu yang dianggap esensial mengenai kebudayaan dan
ilmu pengetahuan yang dianggap layak dimiliki oleh tiap orang terdidik dan
terpelajar.
d. Pendekatan
Kurikulum Fusi
Kurikulum ini men-fusi-kan atau menyatukan dua atau
lebih disiplin tradisional menjadi studi baru misalnya: geografi + botani +
arkeologi menjadi earth sciences.
3. Pendekatan
Rekonstruksionisme
Pendekatan ini juga disebut
Rekonstruksi Sosial karena memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting
yang dihadapi dalam masyarakat ,seperti polusi, ledakan penduduk dan lain-lain.
Dalam gerakan rekonstruksionisme ini terdapat dua
kelompok utama yang sangat berbeda pandangannya tentang kurikulum, yaitu
rekonstruksionisme konservatif dan rekonstruksionisme radikal.
a.
Rekonstruksionisme
konservatif.
Aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan pada
peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari
penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
Peranan guru ialah sebagai orang yang menganjurkan perubahan mendorong siswa menjadi
partisipan aktif dalam masyarakat. Pendekatan kurikulum ini konsisten dengan
falsafah pragmatisme.
b. Rekonstruksionisme
Radikal.
Aliran ini berpendapat bahwa banyak Negara mengadakan
pembangunan dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang merupakan mayoritas
masyarakat. Golongan radikal ini menganjurkan agar pendidik formal maupun
non-formal mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan
pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
4. Pendekatan
Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa,
dan mengutamakan perkembangan efektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai
bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic yakin, bahwa
kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam
kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.
Pendekatan humanistic dalam kurikulum didasarkan atas
asumsi-asumsi yang berikut:
a.
Siswa akan
lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan sepenuhnya.
b. Siswa yang
diturut-sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelajaran akan merasa
bertanggung jawab atas keberhasilannya.
c.
Hasil
belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling
mempercayai, saling membantu, dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
d. Guru yang
berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung jawab kepada siswa atas
kegiatan belajarnya.
e.
Kepedulian
siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam penguasaan bahan pelajaran
itu.
f.
Evaluasi diri
bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga diri.
5. Pendekatan
“Accountability”
Accountability atau pertanggung jawaban lembaga
pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini
tampil sebagai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut
banyak pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan dalam
arti yang sebenarnya menjadi latihan belaka. Accountability yang sistimatis
yang pertama kalinya diperkenalkan Frederick Taylor dalam bidang industri pada
permulaan abad ini. Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai “scientific
management” atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus
diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu.
6. Pendekatan
Pembangunan Nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur :
a.
Pendidikan
kewarganegaraan
Dalam masyarakat demokratis, warga negara dapat
dimasukkan dalam tiga kategori:
1) Warganegara
yang apatis
2) Warganegara
yang pasif
3) Warganegara
yang aktif
b. Pendidikan
sebagai alat pembangunan nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga
kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang
kurikulum bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis jabatan
yang akan diduduki.
c.
Pendidikan
keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari-
hari dapat dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak
keterampilan akan tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
1) Keterampilan
untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi suatu negara.
2) Keterampilan
untuk mengembangkan masyarakat.
3) Keterampilan
untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
4) Keterampilan
sebagai warganegara yang baik.
.
KESIMPULAN
Dalam pengembangan kurikulum
didasarkan pada prinsip-prinsip yang mengakomodir proses penyusunan kurikulum
atau pengembangan kurikulum itu sendiri. Dalam dunia pendidikan kurikulum
sangatlah menentukan keberhasilan maupun ketidak berhasilan suatu pendidikan,
karena kurikulum merupakan acuan dasar dalam proses belajar mengajar. Sedangkan
dalam pengembangan kurikulum tersebut harus didasari oleh prinsip-prinsip yang
sesuai dan seimbang. Dan Prinsip – prinsip yang biasa digunakan dalam suatu
pengembangan kurikulum. Menurut Sudirman S. antara lain:
a.
Prinsip
berorentasi pada tujuan
b. Prinsip
relevansi
c.
Prinsip
efektifitas
d. Prinsip
efisien
e.
Prinsip
fleksibilitas
f.
Prinsip
integritas
g. Prinsip
sinkronisasi
h. Prinsip
kesinambungan (kontinuitas)
i.
Prinsip
objetifitas
j.
Prinsip
demokrasi
Selain prinsip, pendekatan juga
sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Pendekatan menjadi bagian dari
proses penyusunan kurikulum. Adapun jenis – jenis pendekatan itu diantaranya
adalah:
a.
Pendekatan
bidang studi (pendekatan subjek atau disiplin ilmu)
b. Pendekatan
Interdisipliner
c.
Pendekatan
Rekonstruksionisme
d. Pendekatan
Humanistik
e.
Pendekatan
“Accountability”
f.
Pendekatan
Pembangunan Nasional
Jadi prinsip dan pendekatan
pengembangan kurikulum berjalan secara seimbang. Karena kedua hal
tersebut sama-sama memiliki arti yang penting dalam proses pengembangan
kurikulum dalam usaha mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar