Rabu, 03 Desember 2014

aliran idealisme (tugas 2)


PERAN FILSAFAT IDEALIS DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
        ’’Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan’’


Disusun Oleh :
Siti Umroh                    2227130538







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAS AGENG TIRTAYASA
SERANG – BANTEN
Filsafat Idealisme
Konsep ini dalam filsafat dikenal sebagai idealisme etis. Cita-cita manusia mengarah kepada tingkah laku dan kesusilaannya. Manusia itu amat tinggi derajatnya karena akal budinya, dan karena itu manusia lebih tinggi dari makhluk lain di dunia ini. Dikenal pula idealisme estetis yang menganggap kebaikan tertinggi adalah keindahan. Berarti manusia harus indah. Indah dalam hal ini adalah indah baik rohani maupun jasmaninya. Keindahan ini dicapai dengan menyempurnakan dirinya dan menyelaraskan segala kemampuannya dengan keadaan dunia yang mengelilinginya. Pada prakteknya kini ditempuh jalan tengah yang dikenal dengan idealisme realistis. Konsep ini berpangkal pada realita bahwa manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Dua-duanya tidak boleh diabaikan karena keduanya yang menjadikan manusia.
Tokoh-Tokoh Idealisme dan latar belakang pemikirannya
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sirna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.
Pada zaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali pengaruhnya di Eropa.

Pengertian Idealisme
Arti dari kata idealisme sendiri adalah suatu setandar kesempurnaan, Keunggulan, Keindahan, dan kebaikan, dapat juga diartikan sebagai objek tujuan sempurna dan hasrat untuk mencupai suatu keinginan, Dalam Filsafat idealisme doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya bias difahami dengan ketergantungan pada jiwa dan spitirit, Istilah ini diambil dari kata “idea” yang berarti jiwa. Secara mudah idealisme dapat diartikan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok orang. Idealisme bukan sebarang cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan luhur, suatu nilai kebenaran dan harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil yang istimewa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan. Untuk apa mempertahankan idealisme? Jawabnya, untuk mendapatkan kepuasan jiwa yang begitu mahal harganya. Kepuasan dan kebahagiaan itu, tentu saja tidak dapat diukur dengan nilai uang atau materi.
Jadi idealisme realistis dan subyektif merupakan monodualisme yang tak terlepas, sedangkan pragmatis dan materialis yang merupakan pengaruh dari proses idealisasi yang harus direduksi dalam membentuk manusia yang ideal.
 PERAN FILSAFAT IDEALIS DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
1.      Ontologis
Sejarah pendidikan menunjukkan bahwa  perbaikan pendidikan sudah dilakukan jauh sebelum abad saat ini. Pebaikan pendidikan tersebut tidak terlepas dari peran filsafat. Hal ini terlihat bahwa banyaknya sumbangsi pemikiran para filsuf untuk pendidikan serta perbaikan pendidikan. Filsafat menjadi landasan bagi setiap perkembangan keilmuan sehingga fisafat disebut The Mother of Science. Setiap ilmu tidak terlepas dari peran filsafat di dalamnya karena melalui filsafat dapat membuka cakrawala atau ide- ide, serta menguak hakikat dari ilmu, hingga mengkaji nilai dan gunanya dari ilmu tersebut.
Disamping itu dalam dunia pendidikan filsafat peran yang sangat penting karena dapat membantu berpikir lebih rasional. Filsafat pendidikan itu sendiri dapat didefinisikan “ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan masalah pendidikan”. Dalam upaya pemecahan masalah pendidikan perlu diketahui, bahwa terdapat beberapa pendekatan filsafat pendidikan yaitu filsafat pendidikan dapat didekati dari problem-problem pendidikan yang bersifat filosofi dan memerlukan jawaban yang filosofi pula. Kedua, filsafat pendidikan dapat pula didekati dari ide-ide filosofi yang diterapkan untuk memecahkan masalah.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian kurikulum dalam arti luas adalah kegiatan belajar-mengajar yang mencakup di dalam maupun di luar kelas. Sedangkan Pengertian kurikulum dalam arti sempit yaitu kegiatan belajar-mengajar yang hanya ada di dalam kelas saja.

2.      Epistimologis
Adapun secara umum gambaran dari jenis pendidikan yang dikemukakan oleh Paul Ernest sebagai berikut :
1.    Dunia pendidikan kaum industrialis/teknologi.
Dalam hal ini pendidikan hanya bertumpu pada keuntungan yang terlihat nyata dan dikerahkan untuk kepentingan industry. Kurikulum yang dikembangkan di pendidikan dasar hanya mengutamakan baca, tulis, hitung dan menganggap seni tidak penting.Pendidikan hanya dipandang sebagai body of knowledge dan hasil pendidikan diukur melalui ujian nasional.Dunia pendidikan kaum industrialis banyak mereduksi mereduksi banyak kebutuhan anak didik dan intuisi tidak dikembangkan.
2.    Dunia pendidikan kaum Konservatif kerajaan/feodal yang ingin mempertahankan dan mewariskan nilai-nilai lama.
3.    Dunia pendidikan kaum old humanis yang berpusat pada diri manusia dan aspek spiritual dinihilkan (tidak mengakui keberadaan Tuhan) 
4.    Dunia pendidikan kaum progresif yang berorientasi kepada siswa, hasil pendidikan diperoleh melalui portofolio.
5.    Dunia pendidikan kaum socio-constructivist berorientasi kepada sosial dan diri siswa. Pendidikan harus mendorong konstruksi pengetahuan malalui keterlibatan aktif dan interaksi siswa. Hasil pendidikan diperoleh melalui portofolio.

Disekolah ini ada beberapa Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kurikulum antara lain :
1.      Pendekatan rekonstruksi sosial, bertolak pada problem yang dihadapai dalam masyarakat untuk selanjutnya memerankan ilmu-ilmu dan teknologi serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, sebagai upaya mencarikan peecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
2.      Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pedidikan bertolak dari analisi kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analisis) tersebut. Jadi pendekatan ini, terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya, baik ang menyangkut proses pembelajaran maupun produknya.
Metode yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik. Metode mengajar dalam pendidikan hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.

3.      Aksiologis
Tujuan filsafat dalam pendidikan salah satunya memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat bagi pendidikan yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Guru sebagai fasilitator dalam membantu peserta didik membangun pengetahuan.
Pada kurikulum –kurikulum sebelumnya peran guru adalah sebagai instruktur atau selalu memberi intruksi kepada siswa dan dianggap sebagai orang yang serba tahu segalanya, namun setelah adanya KTSP peran tersebut sudah tidak berlaku lagi, karena dalam KTSP siswa diposisikan sebagai subyek didik, bukan sebagai obyek didik, diaman siswa lebih dominan dalam proses pembelajaran, hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa siswa memiliki potensi untuk berkembang dan berpikir mandiri, karena salah satu ciri pembelajaran efektif adalah “ mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebuh bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.”
Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator dan tugasnya adalah merangsang atau memberikan stimulus, membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya, sedangkan peran
guru tidak hanya menjadi dikatator yang hanya menekankan satu nilai satu jalan keluar, akan tetapi disini guru berperan sebagai fasilitator dan membebaskan peserta didik untuk berpikir, berkreasi dana berkembang. peserta didik adalah aktif dalam belajar dan mencerna pelajaran.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1)     Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas pembelajaran.
2)     Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.
3)     Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.
4)     Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang berbeda dengan guru yang lain.
5)     Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual.
Dengan begitu maka prinsip idealisme yang pokok adalah kesatuan organik. Kaum idealis condong untuk menekankan teori koherensi atau konsistensi dari percobaan kebenaran.
Tujuan Pendidikan dan Kurikulum
Secara umum pendidikan idealisme merumuskan tujuan pendidikan sebagai pencapaian manusia yang berkepribadian mulia dan memiliki taraf kehidupan rohani yang lebih tinggi dan ideal.
Sedangkan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook, supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual. Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Semua yang ideal baik, yang berisi manifestasi dari intelek, emosi dan kemauan, ini semua perlu menjadi sumber kurikulum.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar