PERAN
FILSAFAT IDEALIS DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
’’Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan’’

Disusun Oleh :
Siti Umroh 2227130538
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAS AGENG TIRTAYASA
SERANG
– BANTEN
Filsafat Idealisme
Konsep ini
dalam filsafat dikenal sebagai idealisme etis. Cita-cita manusia mengarah
kepada tingkah laku dan kesusilaannya. Manusia itu amat tinggi derajatnya
karena akal budinya, dan karena itu manusia lebih tinggi dari makhluk lain di
dunia ini. Dikenal pula idealisme estetis yang menganggap kebaikan tertinggi
adalah keindahan. Berarti manusia harus indah. Indah dalam hal ini adalah indah
baik rohani maupun jasmaninya. Keindahan ini dicapai dengan menyempurnakan
dirinya dan menyelaraskan segala kemampuannya dengan keadaan dunia yang
mengelilinginya. Pada prakteknya kini ditempuh jalan tengah yang dikenal dengan
idealisme realistis. Konsep ini berpangkal pada realita bahwa manusia terdiri
dari jasmani dan rohani. Dua-duanya tidak boleh diabaikan karena keduanya yang
menjadikan manusia.
Tokoh-Tokoh Idealisme dan latar
belakang pemikirannya
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa
realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau
yang sejenis dengan itu.Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam
perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui
dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam,
cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata
yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan
alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan
pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak
pernah faham idealisme hilang sirna sekali. Di masa abad pertengahan malahan
satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar
idealisme ini.
Pada zaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua
seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian
dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting
daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan
kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka
tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada
masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali
pengaruhnya di Eropa.
Pengertian Idealisme
Arti dari kata idealisme sendiri adalah suatu setandar kesempurnaan,
Keunggulan, Keindahan, dan kebaikan, dapat juga diartikan sebagai objek tujuan
sempurna dan hasrat untuk mencupai suatu keinginan, Dalam Filsafat idealisme
doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya bias difahami dengan
ketergantungan pada jiwa dan spitirit, Istilah ini diambil dari kata “idea”
yang berarti jiwa. Secara mudah idealisme dapat diartikan sebagai cita-cita
yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok orang. Idealisme bukan sebarang
cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan luhur, suatu nilai kebenaran dan
harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil yang istimewa. Pada dasarnya
setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan salah satu hal penting dalam
hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat melakukan hal yang luar biasa,
bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan rela hidup menderita demi
mempertahankan pandangan dan kehormatan. Untuk apa mempertahankan idealisme?
Jawabnya, untuk mendapatkan kepuasan jiwa yang begitu mahal harganya. Kepuasan
dan kebahagiaan itu, tentu saja tidak dapat diukur dengan nilai uang atau
materi.
Jadi
idealisme realistis dan subyektif merupakan monodualisme yang tak terlepas,
sedangkan pragmatis dan materialis yang merupakan pengaruh dari proses
idealisasi yang harus direduksi dalam membentuk manusia yang ideal.
PERAN FILSAFAT IDEALIS DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
1.
Ontologis
Sejarah pendidikan menunjukkan bahwa perbaikan pendidikan sudah dilakukan jauh
sebelum abad saat ini. Pebaikan pendidikan tersebut tidak terlepas dari peran
filsafat. Hal ini terlihat bahwa banyaknya sumbangsi pemikiran para filsuf untuk
pendidikan serta perbaikan pendidikan. Filsafat menjadi
landasan bagi setiap perkembangan keilmuan sehingga
fisafat disebut The Mother of Science. Setiap
ilmu tidak terlepas dari peran filsafat di dalamnya karena melalui filsafat dapat membuka cakrawala atau ide-
ide, serta menguak hakikat dari ilmu, hingga mengkaji nilai dan gunanya dari ilmu tersebut.
Disamping itu dalam dunia pendidikan filsafat peran yang sangat penting
karena dapat membantu berpikir lebih rasional. Filsafat pendidikan itu sendiri dapat didefinisikan “ilmu pendidikan yang
bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan
pemecahan masalah pendidikan”. Dalam upaya pemecahan masalah pendidikan perlu
diketahui, bahwa terdapat beberapa pendekatan filsafat pendidikan yaitu filsafat pendidikan dapat didekati dari problem-problem pendidikan yang bersifat filosofi dan memerlukan
jawaban yang filosofi pula. Kedua, filsafat pendidikan dapat pula didekati dari
ide-ide filosofi yang diterapkan untuk memecahkan masalah.
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian
kurikulum dalam arti luas adalah kegiatan belajar-mengajar yang mencakup di
dalam maupun di luar kelas. Sedangkan Pengertian kurikulum dalam arti sempit
yaitu kegiatan belajar-mengajar yang hanya ada di dalam kelas saja.
2.
Epistimologis
Adapun secara umum
gambaran dari jenis pendidikan yang dikemukakan oleh Paul Ernest sebagai berikut
:
1.
Dunia pendidikan kaum industrialis/teknologi.
Dalam hal
ini pendidikan hanya bertumpu pada keuntungan yang terlihat nyata dan
dikerahkan untuk kepentingan industry. Kurikulum yang dikembangkan di
pendidikan dasar hanya mengutamakan baca, tulis, hitung dan menganggap seni
tidak penting.Pendidikan hanya dipandang sebagai body of knowledge dan hasil
pendidikan diukur melalui ujian nasional.Dunia pendidikan kaum industrialis
banyak mereduksi mereduksi banyak kebutuhan anak didik dan intuisi tidak
dikembangkan.
2.
Dunia pendidikan kaum Konservatif kerajaan/feodal yang ingin mempertahankan dan
mewariskan nilai-nilai lama.
3.
Dunia pendidikan kaum old humanis yang berpusat pada diri manusia dan aspek
spiritual dinihilkan (tidak mengakui keberadaan Tuhan)
4.
Dunia pendidikan kaum progresif yang berorientasi kepada siswa, hasil
pendidikan diperoleh melalui portofolio.
5.
Dunia pendidikan kaum socio-constructivist berorientasi kepada sosial dan diri
siswa. Pendidikan harus mendorong konstruksi pengetahuan malalui keterlibatan
aktif dan interaksi siswa. Hasil pendidikan diperoleh melalui portofolio.
Disekolah
ini ada beberapa Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kurikulum antara
lain :
1.
Pendekatan
rekonstruksi sosial, bertolak pada problem yang dihadapai dalam masyarakat
untuk selanjutnya memerankan ilmu-ilmu dan teknologi serta bekerja secara
kooperatif dan kolaboratif, sebagai upaya mencarikan peecahannya menuju
pembentukan masyarakat yang lebih baik.
2.
Pendekatan
teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pedidikan bertolak dari
analisi kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses dan strategi belajarnya
ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analisis) tersebut. Jadi
pendekatan ini, terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya, baik ang
menyangkut proses pembelajaran maupun produknya.
Metode yang
digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik. Metode mengajar dalam
pendidikan hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi,
memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan
menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan
minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima
nilai-nilai peradaban manusia.
3.
Aksiologis
Tujuan filsafat dalam pendidikan salah satunya memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan
menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang
didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan
menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi
antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat bagi pendidikan yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan
arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan
pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori
pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta
pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi
salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Guru sebagai
fasilitator dalam membantu peserta didik membangun pengetahuan.
Pada
kurikulum –kurikulum sebelumnya peran guru adalah sebagai instruktur atau
selalu memberi intruksi kepada siswa dan dianggap sebagai orang yang serba tahu
segalanya, namun setelah adanya KTSP peran tersebut sudah tidak berlaku lagi,
karena dalam KTSP siswa diposisikan sebagai subyek didik, bukan sebagai obyek
didik, diaman siswa lebih dominan dalam proses pembelajaran, hal ini didasarkan
pada suatu pandangan bahwa siswa memiliki potensi untuk berkembang dan berpikir
mandiri, karena salah satu ciri pembelajaran efektif adalah “ mengembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebuh bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.”
Peran guru
atau pendidik adalah sebagai fasilitator dan tugasnya adalah merangsang atau
memberikan stimulus, membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan
merumuskan pengertiannya, sedangkan peran
guru tidak
hanya menjadi dikatator yang hanya menekankan satu nilai satu jalan keluar,
akan tetapi disini guru berperan sebagai fasilitator dan membebaskan peserta
didik untuk berpikir, berkreasi dana berkembang. peserta didik adalah aktif
dalam belajar dan mencerna pelajaran.
Pendidikan
idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi
kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada akhirnya
diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan
tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan
antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan
antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan
dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru dalam
sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1) Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan
anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas
pembelajaran.
2) Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari
pada anak didik.
3)
Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan
untuk mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan yang
lainnya.
4)
Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya,
seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan
yang berbeda dengan guru yang lain.
5)
Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya,
seorang guru harus mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal
berinteraksi dengan anak didik.
Kurikulum
yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan
pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran
yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual.
Dengan begitu maka prinsip idealisme yang pokok adalah
kesatuan organik. Kaum idealis condong untuk menekankan teori koherensi atau
konsistensi dari percobaan kebenaran.
Tujuan Pendidikan dan Kurikulum
Secara umum pendidikan idealisme
merumuskan tujuan pendidikan sebagai pencapaian manusia yang berkepribadian
mulia dan memiliki taraf kehidupan rohani yang lebih tinggi dan ideal.
Sedangkan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan
yang beraliran idealisme lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman
haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook, supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal
pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Semua yang ideal baik, yang
berisi manifestasi dari intelek, emosi dan kemauan, ini semua perlu menjadi
sumber kurikulum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar