Oleh : Siti Umroh
Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari
peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita
dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan
yang melembaga di dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan
mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan sendiri pada hakikatnya
merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat, yang dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari
keadaan sebelumnya.
Antara aliran atau paham yang satu dengan yang lainnya
dapat saling mendukung. Seperti penyelesaian masalah yang sederhana misalnya,
kita bisa menggunakan logika klasik, untuk menggali ilmu-ilmu yang ada di alam,
kita dapat menggunakan cara empirisme, untuk membantu pemahaman bisa
menggunakan paham rasionalisme, dan untuk persoalan yang kompleks kita dapat
menggunakan teorinya idealisme (dialektika).
Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain
memenuhi kewajiban membuat tugas,juga merupakan untuk mengetahui serta memahami
tentang aliran idealism dan realisme dalam filsafat pendidikan. Dan juga
mengetahui implikasi kedua aliran ke dalam pendidikan serta mencoba menuangkan
informasi yang didapat ke dalam sebuah tulisan.
Aliran idelalisme
Pengertian
dan konsep dasar
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM),
murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang
mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan
bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita
melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta
menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak
mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan
idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah,
tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam
pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak
menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli.
Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa
dijangkau oleh material
Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang
realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil
adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas
menurut kapasitas masing -masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan.
Berkaitan dengan kebenaran tertinggi, dengan doktrin
yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan
jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah
memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang
telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat
menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala
sesuatu yang dialami sehari-hari.
Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa
kenyataan (realita) yang ada dalam kehidupan alam bukanlah suatu kebenaran yang
hakiki, melainkan hanya gambaran dari ide-ide yang ada didalam jiwa atau spirit
manusia.
Idealisme berorientasi kepada ide-ide, kepada jiwa,
kepada spiritualitas, kepada hal-hal yang ideal (serba cita), kepada
norma-norma yang mengandung kebenaran muthlak dan kesedian berkorban serta
kepada personalitas (kepribadian) manusia.
Dalam idealisme terbagi dua realitas yaitu
a. Yang tampak: apa yang kita alami
setiap hari,yang mengakami perubahan, dimana ada dua kutub yang saling
berlawanan. Disini terdapat ketidaksempurnaan, ketidakteraturan, alam kesulitan
b. Alam realitas: merupakan alam yang
ideal, sejati dan murni dan adanya keteraturan.
Dari kedua alam tersebut nyatalah bahwa alam ideal
merupakan yang berisi kemutlakan, sejati, murni, dan suci. Tetapi, alam ini
sangat berbeda dari yang tampak, dimana dalam ala mini kesempurnaan bertahta,
yang tidak perlu mengalami perubahan. Penetapan ini menyatakan bahwa alam
pikiran itu lebih tinggi daripada alam dunia.
Dunia
sebagai idea
Hegel berpendapat bahwa segala realitas adalah
perlombaan yang bergerola yang bergerak dari macam pertentangan seperti siang
dan malam. Pertentangan ini merupakan wujud dari dialektika alam ( yang
muncul berulang kali dalam sifat dan alam manusia). Menurt hegel, setiap idea
plato mempunyai anti thesisnya sendiri, idea bukan hanya tempat statis
melainkan bergerak. Hegel memakai tiga thesis yaitu: Antithesis synthesis
menerangkan apa yang dimaksudkan. Contohnya seseorang hidup untuk dirinya
sendiri, dan diadu dengan antithesinya yaitu bahwa seseorang tidak bisa hidup
tanpa orang lain. Ini menimbulkan pemecahan masalah(synthesis). Yang bunyinya: seseorang
bisa memenuhi hidupnya dengan memenuhi tanggung jawab terhadap orang lain.
Dengana cara ini kita akan dapat memahami sejarah dengan baik, kata hegel.
Paham filsafat idealisme pada abad ke-20 ini
berpengaruh besar dikalangan ahli piker Jerman, sehingga muncullah
bermacam-macam idealisme yang mempunyai corak khusus berupa:
a. Idealisme subjektif yang beranggapan
bahwa individu manusia itulah yang menjadi produsen (penghasil) dari pada
kenyataan. Roh manusialah yang menentukan proses kenyataan itu. Tokoh nya
adalah Berkely.
b. Idealisme objektif yang beranggapan
bahwa roh manusia hanyalah merupakan bagian dari “roh umum” yang menggerakkan
alam kenyataan ini sehingga jiwa individual itu tidak berfungsi lagi dalam
proses timbulnya kenyataan itu, karena roh umum iti bersifat transedental
(menembus,mengatasi segalanya) atau disebut oleh Imanuel Kant sebagai
Buswastein uber haupt yang bersifat boven individual. Jiwa individual lenyap
dalam roh umum itu.
c. Idealisme Rasionalistis yang
beranggapan bahwa jiwa adalah akal pikiran manusia. Hakikat manusia
adalah kesanggupannya untuk berfikir. Aristoteles sebagi salah satu tokohnya
membeda-bedakan antara jiwa vegetative, animal dan human. Jiwa human itu
menunjukkan cirri khas kesanggupan manusia untuk berfikir yang disebut
Nous atau budi. Tokohnya antara lain Hegel, berpendapat bahwa nous atau
budi atau rohani itu bukanlah sesuatu yang dimilki oleh setiap manusia , tatpi
manusia menjadi alat naous.
d. Idealism yang Ethis yang beranggapan
bahwa jiwa adalah akal yang praktis, akal teoritis dan yang etis. Tokonya
anatara lain : Imanuel Kant pernah mengatakan bahwa segala sesuatu di alam
semesta ini dapat diperalat kecuali manusia. Manusia sebagai makhluk berbudi
merupakan tujuan bagi dirinya sendiri. Bagi Kant hokum asusila dating dari
budinya sendiri bukan dari luar.
e. Idealisme yang Aesthetis yang
menyatakan bahwa kenyataan ini adalah sebagai hasil dari seni dalam arti
sepenuhnya. Juga memandang bahwa hakikat manusia adalah
persaan.Tokohnya Wilhelm Von Humboit.
f. Idealisme Religius dalam
pandangannya tentang kenyataan ini didasarkan atas ajaran agama seperti isalm,
Kristen, dan yahudi. Dalam idealism ini kepercayaan menjadi hakikat manusia.
Menurut Plato, manusia itu dengan erosnya senantiasa ingin menuju kearah idea-idea
yang bersifat rohani. Kehidupan yang sejati hanya ditemukan dalam idea dimana
Tuhan merupakan idea tertinggi. Bagi orang idealistini, manusia ini adalah
makhluk tuhan yang mempunyai kemauan bebas (free will) dan bertanggung
jawab atas segala perbuatannya.
Idealisme
dan filsafat pendidikan
Ideaisme sangat concern tentang keberadaan
sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental
terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses
pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan
alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus
mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi
realitas spiritual.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang
pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham
idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan
ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai
makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat
dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang
menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu
kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya
spiritual. Sejak inilah paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa
realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya
pengajaran secara individual.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain
bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang
bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia,
mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu
membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan
idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia.
Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada
yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan
manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan
yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan
secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan
sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan
dengan Tuhan. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran
idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah
lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan
pengalamannya senantiasa aktual.
Pengaruh
idealisme dalam pendidikan
Dalam proses pendidikan, kaum idealis mengingikan agar
pendidikan jangan hanya merupakan masalh pengembangan atau menumbuh kembangkan,
melainkan harus digerakkan kearah tujuan, yaitu suatu tujuan dimana nilai telah
direalisasikan kedalam bentuk yang kekal tidak terbatas.
Nilai-nilai pendidikan, menurut kaum idealis adalah
penglahiran (cetusan) dari susunan atau system yang kekal abadi yang memiliki
nilai-nilai dalam dirinya sendiri.
Power
(1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut
:
1). Tujuan
Pendidikan, Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial
2).
Kedudukan Siswa, Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
dasarnya/bakatnya.
3). Peranan
Guru, Bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama
bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa
4).
Kurikulum, Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan
pendidikan praktis untuk memproleh pekerjaan
5). Metode,
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan
Dalam paham
aliran idealism guru berfungsi sebagai: 1) guru adalah personifikasi dari
kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu
pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara
baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para
murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi
pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus
bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi
insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi
pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek
yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun
harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa
bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan
mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun
keadaannya.
Realisme
pengertian
realisme
Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa
dunia materi diluar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk
kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Objek indra adalah real, yaitu
benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita
ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan alam ini, bukan
pada ide atau jiwa.
Zat merupakan dasar segala benda, yang disebut
aristoteles asas potensial karena zat itu bisa menjadi apa saja. Zat dan bentuk
harus dipisahkan. Akan tetapi dalam dunia ini keduanya tidak dapat dipisahkan.
Menurtunya dunia bukanlah yang samar tetapi nyata dan kita alami.
Konsep dasar realisme
a. Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya
hanyalah kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial
(dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan
(pluralisme)
b. Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat
dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan
berpikir.
c. Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan
sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan
dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan.
Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya
dengan fakta.
d. Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang
diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh
kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
Realisme yang berlandaskan ilmu pengetahuan
Dunia ibaratakan seperti mesin yang tidak
terjadi secara kebetulan, akan tetapi sengaja dibuat. manusialah yang merupaka
pengamatnya. Apabila pengamatannya berguna, bernilai dan bertjuan maka dapat
dikatakan sebagai ilmuan. Dan kerteraturan dapat dilihat, adanya perubahan
kimiawi dan dapat di ungkapkan dengan tegas maka dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan
telah dapat menyingkapkan suatu penemuan ilmu yang baru. Dalam masalah manusia
adanya hukum berlaku, dalm maslah etika adanya hukum moral dan naturalism masih
merupakan kandungan dari realisme
Lebih lanjut
pandangan aliran realisme sebagai berikut :
a. Objek (dunia) luar ini adalh nyata pada sendirinya dan
untuk adanya itu tidak tergantung dari macam jiwa apapun.
b. Benda atau sesuatu hal adalah berbeda dengan jiwa yang mengetahuinya. Jadi
ada perbedaan antara benda yang sesungguhnya dengan benda yang nampak dihadapan
munusia.
c. Benda yang sesungguhnya baru dapat diketahui dengan
cara-cara langsung atau tidak langsung melalui penelitian.
d. Ide mengetahui sesuatu benda atau hal, baru dapat merupakan kenyataan yang
sesungguhnya, bila ide tersebut merupakan pengetahuan yang tepat.
e. Bahwa pengetahuan mengenai sesuatu dan kenyataan
mengenai sesuatu itu hasil pertemuan antara jiwa dan benda.
Dalam realisme ada dua macam yang berkembang yaitu New
Realisme dan Realisme Kritik. New Realisme berpendapat bahwa manusia dapat
mengetahui sesuatu sabagaimana ia Nampak oleh indera- indera, jadi pengalaman
merupakan factor yang penting. Sedangkan Realisme Kritik berpendapat bila suatu
sesuatu itu dapat diketahui dengan cepat dan betul sebagaimana adanya, mengapa
masih dapat timbul kesimpangsiuran, ilusi dari kenyataan. Untuk itu diajukan
pendapat, bahwa untuk mengetahui kenyataan, setidaknya di dunia ini ada dua
entitas, yaitu benda-benda materil dan keadaan jiwa atau ide. Cara kerja entitas
ada tiga bagian meliputi :
· Orang mengetahui
· Objek yang menjadi sasaran untuk
diketahui
· Data indera sebagai dasar
penyimpulan.
Dalam sumber lain disebutkan bahwa realisme ada
dua golongan utama, yaitu realism alam dan realism rasional. Realisme alam
menolak adanya dunia spiritual dan mengatakan bahwa keberadaan dunia spiritual
itu tidak dapat dibuktikan, sehingga hal itu secara filosofis menjadi tidak
penting.
Pengaruh realisme dalam pendidikan
Menurut realisme kemampuan dasar dalam proses
kependidikan yang dialami lebih ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau
lingkungan sekitar, karena empiris (pengalaman) pada hakikatnya yang membentuk
manusia. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam,
dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis
pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang.
Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun,
manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh
karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada
satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan.
Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik.
Materi atau bahan pelajaran
yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan
pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana
memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat
dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan
siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan
strategi mengajar yang bermanfaat.
Pandangan realita terhadap tugas pengembangan
kepribadian manusia adalah dipikul orang tua dan para guru pada tiap periode
berlangsung, yaitu anak didik harus semakin bertambah kegiatan belajanya untuk
mengahayati kehidupan dari kelompoknya serta mau menerima tanggung jawab yang
wajar dalam kaitannya dengan kehidupan tersebut. Kaum realis menyatakan
kebudayaan adalah tugas besar pertama dari pendidikan.
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan
realisme adalah sebagai berikut: (1)
a. Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;.
b. Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan
yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis
c. Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik
langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode
pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan.
d. Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan
yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik
adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk
memperoleh hasil yang baik
e. Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan,
terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta
didik.
Pendidikan realisme dalam PLS
prinsip-prinsip yang
dikembangkan adalah sebagai berikut:
a.
tujuan program pendidikan PLS terfokus agar peserta didik dapat
menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup. Disamping itu, peserta didik
diharapkan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial dalam hidup bermasyaraka
b.
kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang
berguna dalam penyesuaian diri dalam hidup dan tanggung jawab sosial. Kurikulum
berisi unsur-unsur pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja.
c.
semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak
langsung. Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap dan berurutan.
Pembiasaan (pengkondisian) merupakan sebuah metode pokok yang dapat
dipergunakan dengan baik untuk mencapai tujuan pendidik
d.
Dalam hubungannnya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah
penguasaan pengetahuan yang handal sehingga mampu mengikuti perkembangan Iptek.
Dalam hubungannya dengan disiplin, tata cara yang baik sangat penting dalam
belajar. Artinya belajar dilakukan secara terpola berdasarkan pada suatu
pedoman. Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap
tingkat kebaikkan. Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan,
keterampilan teknik-teknik pendidikan dengan kewenangan untuk mencapai hasil
pendidikan yang dibebankan kepadanya.
Sumber :
http://kopite-geografi.blogspot.com/2013/05/aliran-idealisme-dan-realisme-serta.html
Sumber :
http://kopite-geografi.blogspot.com/2013/05/aliran-idealisme-dan-realisme-serta.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar