HAKEKAT
ALIRAN IDEALISME
OLEH: SITI UMROH
Evaluasi yang digunakan dalam aliran
idealisme adalah dengan evaluasi esay. Dimana evaluasi esay ini sangat efektif
dalam proses belajar mengajar dan dalam meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam mengerjakan soal.
Idealisme merupakan suatu aliran yang
mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas
dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan, idealisme merupakan suatu aliran
yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat
pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan pemikiran
peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran
atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam
makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan lagi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan aliran filsafat idealisme.
1. Hakekat
Aliran Idealisme
A. Latar
Belakang (Sejarah) Aliran Idealisme
Aliran ini merupakan aliran yang
sangat penting dalam perkembangan sejarah pemikiran manusia. Mula-mula dalam
filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. Plato
menyatakan bahwa alam cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya.
Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanya berupa bayangan
saja dari alam ide.
Aristoteles
memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide
sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya
dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa paham idealisme sepanjang masa
tidak pernah hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya
pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.
Pada jaman
Aufklarung para filosof yang mengakui aliran serba dua (dualisme) seperti
Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan
kebendaan, maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting
daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan
kepada penganut idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka
tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman idealisme pada
masa abad ke-18 dan 19 ketika periode idealisme.
Secara
historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum masehi
oleh Plato (427-347 SM). Semasa Plato hidup kota Athena adalah kota yang berada dalam kondisi transisi (peralihan). Peperangan
bangsa Persia telah mendorong Athena memasuki era baru. Seiring dengan adanya
peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan perniagaan tumbuh subur dan
orang-orang asing tinggal diberbagai penginapan Athena dalam jumlah besar untuk
meraih keuntungan mendapatkan kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal itu,
muncul berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam lini budaya bangsa Athena.
Gagasan-gagasan baru tersebut dapat mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi
pengetahuan & nilai-nilai tradisional. Saat itu pula muncul kelompok baru
dari kalangan pengajar (para Shopis. Ajarannya memfokuskan pada individualisme, karena mereka berupaya
menyiapkan warga untuk menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga.
Penekanannya terletak pada individualisme, hal itu disebabkan karena adanya
pergeseran dari budaya komunal masa lalu menuju relativisme dalam bidang
kepercayaan dan nilai.
Aliran
filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan
terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan
kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi
keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak
bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa
disana terdapat kebenaran yang universal dan dapat disetujui oleh semua orang.
Contohnya dapat ditemukan pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu benar
(merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan bahkan di
waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.
Idealisme
dengan penekanannya pada kebenaran yang tidak berubah, berpengaruh pada
pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme ditumbuh kembangkan dalam dunia
pemikiran modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descartes (1596-1650),
George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804) dan George W. F. Hegel
(1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh
di Amerika adalah William T. Harris (1835-1909) yang menggagas Journal of
Speculative Philosophy. Ada dua penganut idealis abad XX yang telah
berjuang menerapkan idealisme dalam bidang pendidikan modern, antara lain: J.
Donald Butler dan Herman H. Horne. Sepanjang sejarah, idealisme juga terkait
dengan agama, karena keduanya sama-sama memfokuskan pada aspek spiritual dan
keduniawian lain dari realitas.
Tokoh-tokoh Idealisme :
1).
Plato (477
-347 Sb.M)
Menurut Plato, kebaikan merupakan
hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi
pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai
alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami
sehari-hari.
2). Immanuel Kant (1724 -1804)
Ia menyebut filsafatnya idealis
transendental atau idealis kritis dimana paham ini menyatakan bahwa isi
pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai miliknya sendiri
melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dapat disimpulkan bahwa
filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu
itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah pengalaman.
3).
Pascal
(1623-1662)
Kesimpulan dari
pemikiran filsafat Pascal antara lain :
a) Pengetahuan
diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal dan kedua menggunakan
hati.
b) Manusia besar karena
pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran
manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya
akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika
tidak akan mampu dijadikan alat untuk memahami manusia. Menurutnya alat-alat
tersebut hanya mampu digunakan untuk memahami hal-hal yang bersifat bebas
kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena ketidak mampuan filsafat dan
ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia, maka satu-satunya jalan memahami manusia
adalah dengan agama. Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau
pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat
abstrak.
c) Filsafat bisa melakukan apa
saja, namun hasilnya tidak akan pernah sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada
iman. Filsafat bisa menjangkau segala hal, tetapi tidak bisa secara sempurna.
Karena setiap ilmu itu pasti ada kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.
4).
J. G. Fichte
(1762-1914 M.)
Ia adalah
seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun
1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin. Filsafatnya
disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana pemikiran Fichte:
manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek
tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses
intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi
pengertian seperti yang dipikirkannya.
5).
F. W. S.
Schelling (1775-1854 M.)
Schelling telah matang menjadi
seorang filsuf disaat dia masih amat muda. Pada tahun 1798 M, dalam usia 23
tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Dia adalah filsuf
Idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan
idealisme Hegel.
Inti dari filsafat Schelling: yang
mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, dalam
arti tidak mengenal perbedaan antara yang subyektif dengan yang obyektif. Yang
mutlak menjelmakan diri dalam 2 potensi yaitu yang nyata (alam sebagai objek)
dan ideal (gambaran alam yang subyektif dari subyek). Yang mutlak sebagai
identitas mutlak menjadi sumber roh (subyek) dan alam (obyek) yang subyektif
dan obyektif, yang sadar dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu sendiri
bukanlah roh dan bukan pula alam, bukan yang obyektif dan bukan pula yang
subyektif, sebab yang mutlak adalah identitas mutlak atau indiferensi mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling
adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah sebagai identitas murni atau
indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif sama atau tidak ada
perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya
saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan hanya
alam saja atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.
6). G. W. F.
Hegel (1770-1031 M.)
Ia belajar
teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh gelar Doktor.
Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia
berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu
roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya.
Roh itu dalam intinya ide (berpikir).
B. Esensi Aliran Idealisme
Idealisme
termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa
Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism
atau imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18. Leibniz memakai dan menerapkan
istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme
Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk hakekat realitas.
Idealisme
diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme dapat
diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia
fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini,
objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.
Ada pendapat
lain yang mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea, yaitu
gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan
buah mental. Terdapat aliran filsafat yang beranggapan, yang ada yang
sesungguhnya adalah yang ada dalam budi, yang hadir dalam mental. Karena hanya
yang berbeda secara demikian yang sempurna, utuh, tetap, tidak berubah
dan jelas. Itu semua adalah idealisme.
William E.
Hocking, seorang penganut idealisme modern, mengungkapkan bahwa, sebutan ”ide-isme”
kiranya lebih baik dibandingkan dengan idealisme. Hal itu benar, karena
idealisme lebih berkaitan dengan konsep-konsep “abadi” (ideas), seperti
kebenaran, keindahan, & kemuliaan daripada berkaitan dengan usaha serius
dengan orientasi keunggulan yang bisa dimaksudkan ketika kita berucap, “Dia
sangat idealistik”.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa
kenyataan itu terdiri dari atau tersusun atas substansi sebagaimana
gagasan-gagasan atau ide-ide. Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal
atau Tuhan, yang berarti pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Inti dari Idealisme adalah suatu
penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir atau kedirian
daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek & daya-daya material.
Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi
materi, & bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata,
sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa
(mind). Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme yang berpendapat bahwa
materi adalah nyata ada, sedangkan akal-pikir (mind) adalah sebuah
fenomena pengiring.
a) metafisika-idealisme: secara absolut
kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara
kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi
kenyataan rohaniah yang lebih berperan.
b) humanologi-idealisme: jiwa dikaruniai kemampuan
berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih.
c) epistimologi-idealisme:
pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali
melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang
yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang.
d) aksiologi-idealisme: kehidupan manusia diatur oleh
kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau
metafisika.
Demikian
kemanusiaan merupakan bagian dari ide mutlak, Tuhan sendiri. Idea yang berpikir sebenarnya
adalah gerak yang menimbulkan
gerak lain. Gerak ini menimbulkan tesis yang dengan sendirinya menimbulkan
gerak yang bertentangan, anti tesis. Adanya tesis dan anti tesisnya itu menimbulkan
sintesis dan ini merupakan tesis baru yang dengan sendirinya menimbulkan anti tesisnya dan munculnya sintesis baru pula.
Demikian proses
roh atau ide yang disebut Hegel dialektika. Proses itulah yang menjadi
keterangan untuk segala kejadian. Proses itu berlaku menurut hukum akal. Jadi semua
yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil. Maksudnya
luasnya rasio sama dengan luasnya realitas, sedangkan realitas menurut Hegel
adalah proses pemikiran (ide).
Prinsip-prisip Idealisme :
a) Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas
substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut
idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem
yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas,
suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
b) Realitas atau
kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan
hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
c) Idealisme
berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih
tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap
sebagai suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut
sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Demikian pula terhadap alam adalah
ekspresi dari jiwa.
d) Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo sentris
(berpusat kepada Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba
cita) dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak. Oleh karena
nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum idealisme
mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari
kejadian alam semesta ini.
C. Idealisme Dalam Pendidikan
Aliran
idealisme terbukti cukup banyak berpengaruh dalam dunia pendidikan.
William T. Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme yang
sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Idealisme terpusat tentang keberadaan
sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia
sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.
Pendidikan
idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi
kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna,
memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu
individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme
bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia. Sedangkan
tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual
dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang
berkaitan dengan Tuhan.
Guru dalam
sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1) Guru adalah
personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan
anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas
pembelajaran.
2) Guru harus
seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari
pada anak didik.
3) Guru haruslah
menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya,
seorang guru harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk
mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.
4) Guru haruslah menjadi pribadi yang baik,
sehingga disegani oleh murid. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi
kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang berbeda dengan guru yang lain.
5) Guru menjadi
teman dari para muridnya. Artinya,
seorang guru harus mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal
berinteraksi dengan anak didik.
Kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang
objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook.
Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual. Sedangkan implikasi Aliran Idealisme
dalam Pendidikan yaitu :
1) Tujuan, untuk membentuk
karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
2) Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan
praktis untuk memperoleh pekerjaan.
3) Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif
dapat dimanfaatkan.
4) Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya.
5) Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui
kerja sama dengan alam.
Implementasi Idealisme dalam Pendidikan:
1) Pendidikan bukan hanya mengembangkan dan
menumbuhkan, tetapi juga harus menuju pada tujuan yaitu dimana nilai telah
direalisasikan ke dalam bentuk yang kekal dan tak terbatas.
2) Pendidikan adalah proses melatih pikiran,
ingatan, perasaan. Baik untuk memahami realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun
sebagai warisan sosial.
3) Tujuan pendidikan adalah menjaga keunggulan kultural, sosial dan spiritual.
Memperkenalkan suatu spirit intelektual guna
membangun masyarakat yang ideal.
4) Pendidikan
idealisme berusaha agar seseorang dapat mencapai nilai-nilai dan ide-ide yang
diperlukan oleh semua manusia secara bersama-sama.
5) Tujuan
pendidikan idealisme adalah ketepatan mutlak. Untuk itu, kurikulum seyogyanya
bersifat tetap dan tidak menerima perkembangan.
6) Peranan
pendidik menurut aliran ini adalah memenuhi akal peserta didik dengan
hakekat-hakekat dan pengetahuan yang tepat.
Kesimpulan
Berdasarkan paparan penulis di atas,
dapat disimpulkan bahwa Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat yang
mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan jiwa dan roh. Tokoh –tokoh dalam idealisme diantaranya yaitu: Rene
Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804),
F. W. S. Schelling (1775-1854), dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang
idealis dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh di Amerika adalah
William T. Haris yang menggagas journal of speculative philosophy.
Implikasi filsafat idealisme dalam
pendidikan adalah sebagai tujuan untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat
atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial. Kurikulum,
pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk
memperoleh pekerjaan. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan
ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan. Peserta didik bebas untuk
mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan
pendidikan melalui kerja sama dengan alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar