Sabtu, 20 Desember 2014

desain evaluasi kurikulum (TUGAS FILSAFAT 7)



Desain Evaluasi Kurikulum
Oleh : siti umroh (2227130538)

Konsep Evaluasi Kurikulum
Salah satu rumusan mengenai “evaluasi” menyatakan bahwa evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggung jawabkan (Morrison). Dalam rumusan itu terdapat tiga faktor utama,yakni:
1. Pertimbangan (Judgment),
Pertimbangan adalah pangkal dalam membetuk keputusan. Membuat keputusan berarti menetukan derajat tertentu yang berkenaan dengan hasil evaluasi itu. Pertimbangan membutuhkan informasi yang akurat dan relevan serta dapat dipercaya. Jika keputusan dibuat tanpa suatu proses pertimbangan yang mantap, maka dapat mengakibatkan lemahnya atau kurang mantapnya hasil keputusan.
2. Deskripsi objek penilaian,
Deskripsi objek penilaian adalah perubahan perilaku sebagai produk suatu system. Sudah barang tentu perilaku itu harus dijelaskan, dirinci, dan dispesifikan sehingga dapat diamati dan diukur.
3. Kriteria yang dapat dipertanggung jawabkan.
Kriteria yang dapat dipertanggung jawabkan ialah ukuran-ukuran yang akan digunakan dalam menilai suatu objek. Kriteria penilaian harus relevan dengan kriteria keberhasilan, sedangkan kriteria kebrhasilan harus dilihat dalam hubungannya dengan sasaran program/kurikulum. Menurut Morrison, kriteria penilaian harus memenuhi persyaratan:
a. relevan dengan kerangka rujukan dan tujuan-tujuan evaluasi dan tujuan-tujuan program/kurikulum, dan
b. diterapkan pada data deskriptif yang relevan dan menyangkut program/kurikulum.
Dasar-dasar Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum bermacam-macam tujuannya. Yang paling penting diantaranya ialah:
1. Mengetahui hingga manakah siswa mencapai kemajuan kearah tujuan yang telah ditentukan.
2. Menilai efektivitas kurikulum.
3. Menentukan factor biaya, waktu, dan tingkat keberhasilan kurikulum.
Evaluasi kurikulum tidak dapat dilakukan dalam kehampaan dan hanya mungkin bila ada suatu perangkat criteria atau standar. Di masa lampau standar itu pada umumnya samar-samar, dirumuskan secara umum dan tak spesifik. Hendaknya evaluasi kurikulum didasari atas:
a. Determinan kurikulum,
– orientasi filosofi lembaga pendidikan itu;
– konteks social-ekonomi;
– hakikat belajar;
– hakikat bahan pelajaran;
b. Harapan-harapan “golongan klien atau konsumen”.
c. Bukti mengenai tingkat produktivitas dengan mempertimbangkan hasil belajar, biaya, waktu.
Disain Evaluasi Kurikulum
Disain evaluasi kurikulum menguraikan tentang data yang harus dikumpulkan, analisis data untuk “membuktikan” nilai dan efekrivitas kurikulum. Disain evaluasi kurikulum terdiri atas:
a. Merumuskan tujuan evaluasi.
b. Mendisain proses dan metodologi evaluasi kurikulum.
c. Menspesifikkan data yang perlukan untuk menyusun instrument bagi proses pengumpulan data.
d. Mengumpulkan, menyusun dan mengolah data.
e. Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai hasil-hasil, kesimpulan, dan rekomendasi.
Proses dan Metodologi Penilaian.
Pada saat ini terdapat berbagai model evaluasi yang dapat dijadikan pegangan untuk mendisain proses dan metode penalitian kurikulum. Model yang akan digunakan bergantung pada tujuan evaluasi, waktu dan biaya yang tersedia dan tingkat kecermatan dan kespesifikan yang diinginkan. Di bawah ini akan kita bicarakan lima model secara singkat.
1. Model Diskrepansi Provus
Model ini termasuk model yang paling mudah direncanakan dan dilaksanakan. Kesulitan yang paling besar ialah merumuskan standar performance yang cukup spesifik agar dapat digunakan untuk mengukur diskrepansi, yakni beda performance dengan standar.
2. Model Kontingensi-kontingensi Stake
Model stanke meneliti tiga fariabel yakni anteseden, transaksi, dan hasil belajar, masing-masing ditinjau dari segi “apa yang diharapkan” dan “apa yang diamati”. Dengan anteseden dimaksud antara lain apa yang telah dipelajari siswa sebelumnya, entry behavior.
3. Model CIPP Stufflebeam
CIPP (Cortext – Input – Process – Product = Konteks – Proses – Input – Produk) adalah suatu model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam cs yang bertujuan untuk membantu dalam perbaikan kurikulum, tetapi juga untuk mengambil keputusan apakah program itu dihentikan saja. Model ini mengandung empat komponen, yakni konteks, input, proses, dan produk, dan masing-masing perlu penilaian sendiri. Evaluasi konteks meliputi penelitian mengenai lingkungan sekolah, pengaruh-pengaruh di luar sekolah.
Bila evaluasi konteks memadai, maka dievaluasi input, yakni strategi implementasi kurikulum ditinjau dari segi efektivitas dan ekonomi. Kemudian diadakan evaluasi proses dan produk, misalnya kongruensi antara rencana kegiatan dan kegiatan yang nyata.
Model ini mengemukakan evaluasi kognitif yang kontinu sebagai cara untuk meningkatkan hasil belajar.
4. Model Transformasi Kualitatif Eisner
Menurut observasi Eisner pendidikan telah terlampau jauh bergerak ke arah akuntabilitas yang ketat seperti yang terdapat dalam perusahaan dan industri. Eisner berpendapat bahwa pendidikan adalah kegiatan yang bercorak artistik selain mengandung unsur latihan. Jika belajar-mengajar pada hakikatnya artistic maka proses evaluasinya harus apa yang dilakukan dalam kritik seni. Maka kritik kurikulum hendaknya berusaha melihat aspek individual yang signifikan dalam pelaksanaan kurikulum. Proses kritik kurikulum hendaknya meliputi tiga aspek yakni yang bersifat desakriptif, interpretatif, dan evaluatif.
5. Model Lingkaran-Tertutup Corrigan
Moden ini mengandung komponen dari model evaluasi lainnya. Cirri utama model Corrigan ini ialah adanya sistem balikan formatif-korektif selain proses evaluasi sumatif terminal. Tiap hasil evaluasi mengenai tiap langkah digunakan sebagai balikan agar dapat segera diadakan perbaikan.
Mengumpulkan, Menyusun dan Mengolah Data
Jenis data yang dikumpulkan akan sangat berbeda bagi setiap langkah. Dalam menilai TIU dan TIK, data yang dikumpulkan harus bertalian dengan kebutuhan menurut analisis masalah.
Data yang dikumpulkan bagi evaluasi pada umumnya termasuk dua kategori:
1. Data “keras” berupa fakta seperti score test, absensi, pembiayaan, dan sebagainya.
2. Data “lunak” seperti persapsi dan pendapat orang yang dapat berbeda-beda.
Alat yang digunakan juga berbeda menurut model evaluasi dan tujuan evaluasi. Alat pengumpulan data keras pada pokoknya mengumpulkan data berupa score, jumlah, dan taraf atau skala.
Kemudian langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan data agar dapat diolah. Proses pengolahan secara artistik maupun analitik harus diuraikan dengan jelas dalam metodologi penilaian.
Menganalisis dan Melaporkan Data
Proses analisis data langsung berhubungan dengantujuan evaluasi. Jika misalnya tujuan 1 telah jelas dipaparkan, maka proses analisis itu akan jelas pula.
Laporan evaluasi biasanya terdiri atas tiga hal, yakni:
1. Hasil-hasil, yaitu apa yang telah ditemukan berdasarkan data yang telah ditemukan.
2. Kesimpulan, yaitu keputusan yang dapat diambil berdasarkan data itu dan apakah data telah cukup memadai untuk mendukung keputusan itu.
3. Rekomendasi, apakah cukup data untuk mendukung kelangsungan kurikulum, ataukah disarnka agar dijalankan lanjutan penilaian agar diperoleh data yang lebih banyak.
Disain evaluasi kurikulum harus dimasukkan sebagai bagian integral dari Pedoman Kurikulum, jika kita ingin memperoleh gambaran yang jelas mengenai keampuhan atau kelemahan Pedoman Kurikulum itu.
Disain evaluasi kurikulum harus disiapkan dengan cermat dan meliputi antara lain:
a. berapa kali dan kapan akan diadakan evaluasi, prosedur apa yang akan dijalankan?
b. Data yang akan dikumpulkan, dari siapa? Kapan?
c. Siapakah yang akan bertanggung jawab atas pengumpulan dan analisis data?
d. Keputusan apa yang akan diambil mengenai kurikulum, kapan dan oleh siapa?
Hanya berkat evaluasi kurikulum kita dapat mengetahui dimana kita berada dan kemana kita pergi. Tanpa kedua titik orientasi itu proses kurikulum maupun instruksional seakan-akan kita biarkan berkelana tanpa kita ketahui kemana arahnya.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya evaluasi kurikulum itu dalam berbagai tingkat khususnya diprofesi guru untuk menilai menilai siswanya untuk melihat sejauh mana proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakannya itu berhasil atau kurang berhasil dan juga dapat melihat keefektifan sistem instruksional yang telah dikembangkannya.
Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu agar kurikulum dilaksanakan dengan baik karena kurikulum sebagai alat untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan dan sebagai pedoman untuk mengukur kegiatan yang dilaksanakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar